ANALISABUDIDAYA BUAH NAGA . Berikut ini analisis usaha budidaya buah naga pada lahan 1 hektare berisi 1600 tiang dan 4 tanaman pertiang (6400 tanaman). Analisis usaha ini menganut asas maksimal dalam pembiayaan dan minimal untuk pendapatan. Pembelian bibit buah naga daging merah : 6400 x Rp. 10.000.00 = Rp.64.000.000,00; Tenaga AnalisaKelayakan Finansial USAha Agroindustri Abon Ikan Di Tanjung Karang, Karakteristik Pengeringan Bawang Merah (Alium Ascalonicum. L) Menggunakan Alat Pengering ERK Hidroponik merupakan teknologi bercocok tanam tanpa tanah dengan media yang digunakan adalah air dan nutrisi. Hidroponik dibagi menjadi beberapa system, yaitu sistem Nahitulah contoh laporan kegiatan yang singkat. Mulai dari contoh laporan kegiatan pelatihan, contoh laporan kegiatan lomba, contoh laporan kegiatan seminar, contoh laporan kegiatan pameran, contoh laporan kegiatan observasi, outbound, contoh laporan kegiatan olahraga, contoh laporan kegiatan perpisahan, yayasan, workshop, reuni, training, dll. Fast Money. Penelitian ini bertujuan 1. Untuk mengetahui sistem usaha bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik., 2. Untuk menganalisis Pemasaran bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik. Pemilihan tempat penelitian dengan sengaja di UMKM Fresh Hidroponik Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik. Penelitian menggunakan data Primer dan Sekunder dari UMKM Fresh Hidroponik. Analisis data peneliti adalah teknik analisa data deskriptif analistis dengan menggunakan kuisioner yang berisi pertanyaan yang telah disusun. Hasil dari penelitian ini adalah 1. Sistem usaha bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik telah layak dan sesuai untuk menjadi sebuah Sistem Usaha UMKM.,2. Pemasaran bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik mempunyai saluran pemasaran satu dan saluran Pemasaran dua dengan lembaga pemasaran yang terlibat, yaitu petani sayur hidroponik, pedagang pengepul dan konsumen akhir. Kata Kunci Bawang Merah, Hidroponik, Saluran Pemasaran, Sistem Usaha UMKM. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free DOI 1 SISTEM USAHA HIDROPONIK BAWANG MERAH USAHA MIKRO KECIL MENENGAH UMKM FRESH HIDROPONIK DI KECAMATAN KEDAMEAN, KABUPATEN GRESIK Andri Krisna Dianto* Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Putra Surabaya *Correspondence email andrikrisna Heri Susanto Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Putra Surabaya ABSTRAK Penelitian ini bertujuan 1. Untuk mengetahui sistem usaha bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik., 2. Untuk menganalisis Pemasaran bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik. Pemilihan tempat penelitian dengan sengaja di UMKM Fresh Hidroponik Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik. Penelitian menggunakan data Primer dan Sekunder dari UMKM Fresh Hidroponik. Analisis data peneliti adalah teknik analisa data deskriptif analistis dengan menggunakan kuisioner yang berisi pertanyaan yang telah disusun. Hasil dari penelitian ini adalah 1. Sistem usaha bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik telah layak dan sesuai untuk menjadi sebuah Sistem Usaha UMKM.,2. Pemasaran bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik mempunyai saluran pemasaran satu dan saluran Pemasaran dua dengan lembaga pemasaran yang terlibat, yaitu petani sayur hidroponik, pedagang pengepul dan konsumen akhir. Kata Kunci Bawang Merah, Hidroponik, Saluran Pemasaran, Sistem Usaha UMKM. I. PENDAHULUAN Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM mulai digaungkan dengan berbagai macam aktivitas kegiatan usaha, yang paling trend adalah UMKM sebagai sistem usaha pemulihan pasca pandemi khususnya dalam pemulihan ekonomi masyarakat. Dengan adanya UMKM diharapkan mampu memberikan akomodasi ekonomi bagi setiap daerah ataupun semua masyarakat Indonesia. Menurut A- muslim,2021 menyebutkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah, kriteria UMKM dapat dibedakan berdasarkan jumlah kekayaan bersih aset dan jumlah penjualan tahunan omset per tahun, jumlah karyawan juga menjadi variabel. 4 penentu kriteria UMKM adalah [1] 2 Sistem usaha hidroponik bawang merah ………. Tabel 1. kriteria UMKM Pada tabel 1 dijelaskan bahwa Kriteria UMKM menjadi 4 macam kriteria diantaranya kriteria Mikro, kriteria Kecil, kriteria Menengah dan kriteria Besar. Dari keempatnya yang membedakan adalah jumlah karyawan, aset yang dimiliki, dan juga omset dari UMKM. Melihat dari kriteria tersebut maka kami melakukan 1penelitian guna mengetahui sistem usaha bawang merah hidroponik Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik. UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean tepatnya Desa Turirejo, Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik merupakan sebuah kebun yang membudidaya tanaman sayuran dengan sistem usaha Hidroponik. Beberapa macam jenis sayuran sawi diantaranya sawi caisim, sawi pakcoy. Pada UMKM Fresh Hidroponik juga membudidayakan bawang merah. Menariknya bawang merah tergolong tanaman yang mudah ditanam dengan cara pertanian konvensional. Guna menanggulangi kondisi iklim saat ini dan permintaan tinggi dari konsumen tentu perlu inovasi pengembangan teknologi budidaya bawang secara hidroponik. Budidaya Sistem Hidroponik memiliki beberapa kelebihan aTingkat Kerapatan tanaman dapat diperbanyak untuk optimalisasi lahan. b Kualitas produk Serta standarisasi produk lebih tinggi karena tingkat kebutuhan nutrisi tanaman selalu dipantau . c siklus hidup tanaman dapat diatur sesuai dengan keinginan pasar[2]. Hasil dari usaha UMKM Fresh Hidroponik adalah Bawang merah Hidroponik. Dengan demikian juga pasti terdapat saluran pemasaran pada sistem usaha bawang merah. Menurut suswadi dan nurrokhim2021 saluran pemasaran adalah kumpulan perorangan dan perusahaan yang mengambil atau membantu pengalihan hak atas barang dan jasa dari pemilik atau produsen ke pengguna atau konsumen[3]. semua kegiatan usaha pertanian dengan adanya perpindahan hak milik atau fisik bisa di sebut juga Tata Niaga Pertanian. Penghubung produsen dan konsumen dalam dalam pemenuhan kebutuhan adalah proses pemasaran. Pemasaran yang efisien perlu didukung perantara atau lembaga pemasaran yang baik, semakin tinggi fungsi lembaga pemasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kedua pihak maka semakin efisien fungsi lembaga pemasaran. Bila hasil komoditas bawang merah hidroponik yang melimpah, jika tidak di dukung dengan lembaga pemasaran yang baik tentu akan menghambat kegiatan DOI 3 pemasaran. 2 dalam penelitian ini juga akan menganalisis saluran Pemasaran bawang merah hidroponik Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik. II. METODE DAN PROSEDUR Proses penelitian yang pertama observasi langsung pada lokasi usaha Fresh Hidroponik, kedua wawancara pada pemilik dan pengurus , serta dokumentasi dari setiap proses sebagai bukti [4] diharapakan dapat menemukan dan mempresentasikan fakta dan temuan di lapangan mengenai A. Sistem usaha bawang merah hidroponik Fresh Hidroponik. Kajian pustaka observasi, wawancara, dan dokumentasi serta penarikan kesimpulan. Hasil dari proses pertama penelitian ini adalah Sistem usaha bawang merah hidroponik Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik B. Pemasaran bawang merah hidroponik Fresh Hidroponik. Kajian pustaka observasi, wawancara, dan dokumentasi serta analisis pemasaran mengenai pemasaran hasil dari Fresh Hidroponik. Hasil proses kedua penelitian ini adalah Pemasaran bawang merah hidroponik Fresh Hidroponik. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem usaha bawang merah hidroponik Fresh Hidroponik. Fresh hidroponik merupakan usaha UMKM budidaya sayuran secara hidroponik berlokasi di Dusun Lempung, RT 01 RW 01, Desa Turirejo, dan masuk wilayah Kedamean, Kabupaten Gresik. Pemilik sekaligus direktur dari Fresh hidroponik adalah bapak Aris Agus Dianto, usaha ini didirikan pada 30 Mei 2020 dengan kebun awal menggunakan 5 paralon PVC dengan total 75 lubang tanam, nama Fresh Hidroponik sendiri dipilih karena pemilik berharap hasil dari sistem usaha hidroponik selalu dalam kondisi segar atau fresh. Gambar 1. Logo UMKM Fresh Hidroponik Akan tetapi dengan tingginya pemesanan sayuran sawi caisim dan pakcoy kini UMKM Fresh Hidroponik memperbesar kebunnya, sekarang mempunyai 5 instalasi 4 Sistem usaha hidroponik bawang merah ………. Hidroponik dengan 1 instalasi pembibitan dan 4 instalasi pembesaran dengan total kurang lebih lubang tanam, di UMKM Fresh Hidroponik tidak hanya berfokus pada komoditas sawi tetapi sekarang dan yang menjadi hal menarik serta baru UMKM Fresh Hidroponik mengembangkan budidaya bawang merah hidroponik. Sistem usaha Fresh Hidroponik adalah sistem usaha UMKM dengan kegiatan usaha agribisnis dengan budidaya bawang merah hidroponik yang dijalankan badan usaha milik perorangan. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan UMKM Fresh Hidroponik dijalankan oleh direktur dan pemilik UMKM yaitu bapak Aris Agus Dianto. Memegang peran penting dalam usaha serta bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pada Fresh Hidroponik . dibantu Kebun Sayur Segar KSS dipimpin oleh seorang general manager yaitu ibu Sutik. Memiliki tanggung jawab pada bagian administrasi dan keuangan dipimpin ibu Lilis , bagian pemasaran Ibu Kasanah, direktur diklat yaitu Agus .Kegiatan produksi di kerjakan oleh seluruh anggota UMKM Fresh Hidroponik. Fresh Hidroponik juga bersedia untuk memberikan kegiatan pendidikan dan pelatihan Hidroponik bagi yang ingin mempunyai usaha hidroponik. Gambar 1. Struktur Organisasi Fresh Hidroponik Maka dengan melihat Gambar 1 dapat disimpulkan Sistem usaha bawang merah hidroponik Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik telah layak dan sesuai dengan memiliki 4 karyawan untuk menjadi sebuah Sistem Usaha UMKM serta termasuk dalam sistem Usaha UMKM Kategori Mikro. susunan strukrur organisaiFresh HidroponikPimpinanAris Agus DiantoGeneral ManagerSutikpemasaran Kasanahproduksi seluruh anggota organisasiKeuangan LilisPendidikan Dan Kepelatihan Agus DOI 5 B. Pemasaran bawang merah hidroponik Fresh Hidroponik. Pemasaran Bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik melibatkan lembaga pemasaran yang berperan dalam menyalurkan bawang merah hidroponik hingga ke konsumen akhir. Di UMKM Fresh Hidroponik terdapat lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan bawang merah hidroponik yaitu petani sayur hidroponik dalam hal ini adalah Fresh Hidroponik dan pedagang pengepul. Petani sayur hidroponik sebagai Penghasil sayuran hidroponik dan merupakan pihak pertama dalam penyaluran sayuran hidroponik bawang merah. Bawang hidroponik yang di hasilkan Fresh Hidroponik di jual langsung ke konsumen akhir dengan pangsa pasar pembeli yang datang langsung ke Fresh Hidroponik biasanya di dominasi ibu-ibu yang tertarik oleh hasil bawang merah hidroponik meskipun dengan harga yang lebih mahal dari bawang merah konvensional. Saluran kedua melalui Pedagang pengepul dengan membeli bawang merah hidroponik di UMKM Fresh Hidroponik dan menjualnya langsung ke konsumen dan sudah memiliki pangsa pasar tersendiri. Hasil analisis dan pengamatan langsung transaksi lembaga pemasaran, diketahui bahwa pemasaran bawang merah di UMKM Fresh Hidroponik yang berlokasikan di Dusun Lempung, RT 01 RW 01, Desa Turirejo, Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik mempunyai saluran pemasaran satu dan saluran Pemasaran dua dengan lembaga pemasaran yang terlibat, yaitu petani sayur hidroponik, pedagang pengepul dan konsumen akhir yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini Gambar 2. Saluran Pemasaran 1 Bawang Merah UMKM Fresh Hidroponik. Gambar 3. Saluran 2 Pemasaran Bawang Merah UMKM Fresh Hidroponik Pada Gambar 2 Saluran pemasaran 1 Bawang Merah yang terjadi di UMKM Fresh Hidroponik Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik adalah saluran pemasaran langsung ke konsumen akhir. Saluran ini terjadi saat pembeli yang datang langsung ke Fresh Hidroponik biasanya di dominasi ibu-ibu yang tertarik oleh hasil bawang merah hidroponik meskipun dengan harga yang lebih mahal dari bawang merah konvensional. Sistem pembayaran yang dilakukan konsumen adalah secara tunai. Petani Sayur Hidroponik Pedagang Pengepul Konsumen AkhirPetani Sayur Hidroponik Konsumen Akhir 6 Sistem usaha hidroponik bawang merah ………. Pada Gambar 3 Saluran 2 Pemasaran Bawang Merah UMKM Fresh Hidroponik melibatkan pedagang pengepul. Berbeda dengan saluran pemasaran 1 pada saluran kedua melibatkan pedagang pengepul membeli bawang merah hidroponik dari Fresh Hidroponik dan menjual bawang merah hidroponik pada konsumen akhir yang pangsa pasarnya lebih luas. IV. KESIMPULAN 1. Sistem usaha bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik telah layak dan sesuai untuk menjadi sebuah Sistem Usaha UMKM dengan kategori Sistem UMKM Mikro. 2. Pemasaran bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik mempunyai saluran pemasaran satu dan saluran Pemasaran dua dengan lembaga pemasaran yang terlibat adalah petani sayur hidroponik, pedagang pengepul dan konsumen akhir. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada • Seminar Nasional Institut Pertanian Stiper SEMNAS INSTIPER Yogyakarta,, • Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat INSTIPER • Anggota Peneliti dan Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat Universitas Wijaya Putra Surabaya • UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik. DAFTAR PUSTAKA [1] A. Muslim, “Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan Perusahaan Perdagangan Dan Manufaktur Dalam Rangka Peningkatan Kapasitas UMKM Di DKI Jakarta,” J. Komunitas J. Pengabdi. Kpd. …, vol. 4, no. 1, pp. 85–88, 2021, [Online]. Available [2] I. S. Roidah, “Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik,” vol. 1, no. 2, pp. 43–50, 2014. [3] K. P. P. Suswadi*, T. Nurrokhim, “No,” Anal. Model SALURAN Pemasar. BAWANG MERAH Alliumascalonium L DI DESA WONODOYO KABUPATEN BOYOLALI, vol. 6, p. 38, 2021, [Online]. Available [4] A. Dinanti and G. A. Nugraha, “Sistem Informasi pada Administrasi UMKM,” vol. 4, no. September, pp. 159–171, 2019. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this MuslimBased on a report from the Ministry of Communication and Information, the number of MSME business actors in Indonesia in 2015 has reached + 59 million people and contributes to Gross Domestic Product GDP of 55%, it is expected that in 2019 the number will reach more than 60 million people. This very large number certainly requires special attention from the Government towards MSME business actors. One of the problems that are often experienced by MSMEs in Indonesia is that MSMEs do not keep books of business transactions properly. Financial reports are needed by business actors to determine the benefits obtained, to find out the total assets owned, it is necessary to submit additional capital to creditors. The use of an excel-based general ledger GL accounting program will make it easier for MSME entrepreneurs to compile these financial Lahan Dengan Menggunakan Sistem HidroponikI S RoidahI. S. Roidah, "Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik," vol. 1, no. 2, pp. 43-50, Informasi pada Administrasi UMKMA DinantiG A NugrahaA. Dinanti and G. A. Nugraha, "Sistem Informasi pada Administrasi UMKM," vol. 4, no. September, pp. 159-171, 2019. Tingkat risiko produksi dalam budidaya bawang merah akan mempengaruhi keputusan petani terutama dalam menentukan skala budidayanya dan keputusannya dalam menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko dalam produksi bawang merah dan perilaku petani terhadapnya, serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat risiko dalam produksi bawang merah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey kepustakaan dengan menggunakan sumber kepustakaan untuk mengumpulkan data penelitian. Data yang dihasilkan kemudian dikumpulkan dan dianalisis untuk menarik kesimpulan tentang tingkat risiko produksi yang tinggi pada budidaya bawang merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko dalam produksi bawang merah antara lain pupuk urea dan ZA, hama dan penyakit. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free *Corresponding Author Hal 33-42 Email ISSN Online 2774-7212 Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah I Made Windu Yasa, *I Gusti Agung Ari Bawarta, Gede Mekse Korri Arisena Magister Agribisnis, Universitas Udayana, Bali, Indonesia DOI ABSTRAK Tingkat risiko produksi dalam budidaya bawang merah akan mempengaruhi keputusan petani terutama dalam menentukan skala budidayanya dan keputusannya dalam menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko dalam produksi bawang merah dan perilaku petani terhadapnya, serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat risiko dalam produksi bawang merah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey kepustakaan dengan menggunakan sumber kepustakaan untuk mengumpulkan data penelitian. Data yang dihasilkan kemudian dikumpulkan dan dianalisis untuk menarik kesimpulan tentang tingkat risiko produksi yang tinggi pada budidaya bawang merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko dalam produksi bawang merah antara lain pupuk urea dan ZA, hama dan penyakit. Kata Kunci Bawang Merah, Komoditi, Produksi, Risiko, Usahatani. ABSTRACT The level of production risk in growing shallots will affect the decisions farmers make, especially about how much they will grow and what kinds of plants they will grow next. This study aims to determine the level of risk in the production of shallots and the behavior of farmers towards it, as well as to determine the factors that influence the level of risk in the production of shallots. The method used in this research is a literature survey using library sources to collect research data. The resulting data is then collected and analyzed to draw conclusions about the high level of production risk in shallot cultivation. The results showed that urea and ZA fertilizers, pests, and diseases are all things that can hurt the growth of shallots. Keywords Shallots, Commodity, Production, Risk, Farming. PENDAHULUAN Bawang merah merupakan komoditas strategis karena diharapkan untuk konsumsi keluarga selain untuk industri makanan. Untuk rumah tangga, bawang merah digunakan sebagai bumbu masakan. Selain untuk taburan masakan, industri pangan membutuhkan bawang merah untuk diolah menjadi bumbu masak siap pakai, untuk taburan lauk pauk, serta berbagai bumbu masakan Kemendag RI 2020. This is an open access article under the CC-BY 34 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Data dari Statistik Tanaman Hortikultura 2019 Badan Pusat Statistik, enam provinsi yang merupakan Negara penghasil bawang merah terbesar di Indonesia adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan dalam urutan bawang merah terbesar. Keenam provinsi tersebut menyumbang 93,38% dari total produksi bawang merah kering nasional yang mencapai 1,6 juta ton. Jawa Tengah merupakan penghasil bawang merah terbesar Pengalaman bertahun-tahun dalam budidaya pertanian yang dimiliki petani, tidak selalu menjadikan petani Mencapai tingkat efisiensi dan produktivitas yang sesuai. Bahkan dengan paket teknologi, musim , dan medan yang sama pada berbagai produksi. Pada dasarnya hasil yang diperoleh merupakan hasil kerja dari banyak faktor, baik yang dapat dikendalikan maupun yang bersifat internal atau yang tidak dapat dikendalikan atau bersifat eksternal Astuti dkk. 2019. Faktor eksternal yang paling sering dihadapi petani adalah ketidakpastian harga, dimana petani dalam kondisi ini hanya sebagai price taker. Fluktuasi harga komoditas pertanian sangat sering terjadi yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jumlah permintaan konsumen, panjangnya rantai pemasaran serta spekulasi pedagang yang cenderung ingin memperoleh keuntungan tinggi. Berbagai macam risiko usahatani dapat menurunkan tingkat pendapatan petani yaitu risiko produksi, risiko harga atau pasar, risiko institusi, risiko manusia dan risiko keuangan Pusdatin 2019. Petani bawang merah di sawah dataran rendah kebanyakan adalah petani kecil hingga menengah. Perilaku petani dalam melakukan kegiatan pertanian sangat bergantung pada perilaku mereka dalam menghadapi risiko dan strategi mereka dalam menghadapi risiko, baik risiko produksi maupun risiko harga komoditas yang dihasilkan Arya dkk. 2015. Tingkat penerimaan petani terhadap risiko dalam kegiatan usaha tani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilikinya dalam melakukan mitigasi risiko tersebut. Identifikasi jenis-jenis risiko yang kemungkinan terjadi dalam kegiatan usahatani mempengaruhi tingkat kesiapan petani dalam menghadapinya, dengan berbekal pengetahuan, keterampilan dan pengalaman panjang dalam kegiatan usaha tani yang sama. Dalam penelitian Arya dkk. 2015 menyatakan bahwa sebagian besar petani sudah memperhitungkan risiko produksi dan risiko harga sebagai bagian dari kegiatan usahatani yang berhubungan dengan kemungkinan terjadinya kerugian dan tidak hanya sebagai penyimpangan hasil usahatani. Petani memiliki persepsi bahwa Tingkat resiko produksi budidaya bawang merah tinggi dan hal ini dimungkinkan karena kurangnya penguasaan teknik produksi. Beberapa petani juga menganggap risiko harga budidaya bawang merah tinggi. Hal ini dikarenakan harga bahan baku yang fluktuatif atau fluktuatif karena merupakan faktor eksternal yang berada di luar kendali petani. Astuti dkk. 2019 dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat risiko produksi usahatani bawang merah pada musim hujan lebih rendah dibandingkan pada musim kemarau. Hal ini bertolak belakang dengan risiko produksi usahatani bawang merah yang dihadapi petani yang lebih tinggi pada musim hujan dikarenakan meningkatnya serangan hama dan penyakit. Dari data penelitian, hal ini dapat disebabkan oleh kesiapan petani dalam mencegah risiko produksi yang akan terjadi pada saat musim hujan dengan penggunaan input yang lebih banyak dan penerapan teknologi pertanian yang baik sehingga diharapkan dapat menstabilkan produksi bawang merah. 35 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Risiko produksi dan pendapatan yang dihadapi petani bawang merah termasuk dalam kategori tinggi. Semakin tinggi risiko bagi petani, semakin tinggi pendapatannya. Perubahan iklim dan cuaca yang menyebabkan kelangkaan air dan penyebaran hama seperti larva bawang merah dan layu Fusarium merupakan beberapa risiko yang dihadapi petani bawang merah dalam kegiatan pertaniannya. Petani bawang merah melakukan beberapa hal untuk mengurangi risiko yang dihadapinya, antara lain dengan menerapkan pola usahatani campuran pada satu hamparan yang Menggabungkan padi, palawija dan sayur-sayuran dalam satu areal yang sama, menanam padi, palawija dan sayur-sayuran di areal kecil yang berbeda, penyemprotan dan pemupukan untuk mengendalikan hama dan penyakit. Melakukan pemilahan dan penjemuran umbi bawang merah yang dihasilkan. Umbi bawang merah berkualitas baik selanjutnya dipisahkan dengan umbi busuk dan muda dengan melakukan sortasi dan grading Nailufar dkk. 2019. Kegiatan usahatani selalu menimbulkan risiko yang harus dihadapi oleh petani. Tinggi rendahnya tingkat risiko yang ada khususnya risiko produksi dalam kegiatan budidaya bawang merah akan sangat berpengaruh terhadap keputusan petani terutama dalam menentukan skala budidayanya, dan akan mempengaruhi keputusan petani untuk memilih jenis komoditas yang akan diusahakan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko produksi budidaya bawang merah dan perilaku petani dalam menghadapinya, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat risiko produksi budidaya bawang merah. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai refleksi untuk mengurangi tingkat resiko dalam produksi bawang merah. METODE PENELITIAN Studi ini dilaksanakan mulai dari bulan April hingga Mei 2022 melalui tahapan kajian pustaka. Kajian ini dilakukan dengan melakuan kajian terhadap 20 dua puluh hasil penelitian sebelumnya yang dipublikasikan antara tahun 2006 sampai 2021 di jurnal yang membahas tentang analisis risiko usahatani bawang merah di Indonesia yang digunakan sebagai acuan dan tidak mengumpulkan data secara langsung. Penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai bahan penelitian yang berasal dari penelitian-penelitian sebelumnya, disajikan secara kuantitatif dan kualitatif Harlina dkk. 2018. Data sekunder adalah data yang sudah diperoleh berupa data yang dikumpulkan oleh orang atau lembaga lain. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur atau studi literatur. Menurut Zed 2008, dalam studi pustaka, pengumpulan pustaka tidak hanya sebagai langkah awal dalam menyiapkan kerangka penelitian namun juga memanfaatkan sumber-sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitian. Data-data yang diperoleh kemudian dikompilasi, dianalisa dengan baik untuk mendapatkan kesimpulan tentang risiko produksi dalam usahatani bawang merah. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tingkat Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah dan Perilaku Petani Adetya 2021 menyatakan bahwa petani dalam membuat suatu keputusan cenderung menghindari risiko yang disebabkan oleh kehidupan petani di pedesaan selalu berhadapan dengan ketidakpastian tentang cuaca dan adanya tuntutan dari luar. Berusaha menghindari kegagalan yang dapat menurunkan kesejahteraanya merupakan karakter asli 36 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah yang dimiliki oleh petani tanpa adanya kemauan untuk menghadapi risiko untuk mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar. Analisis risiko produksi dilakukan untuk mengetahui tingkat risiko yang ditimbulkan dalam produksi petani dalam kegiatan pertanian dengan memeriksa koefisien variasi CV. Koefisien variasi CV adalah ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat risiko relatif dengan membandingkan standar deviasi dengan nilai yang diharapkan Adetya, 2021. Berdasarkan hasil penelitian Adetya 2021 di Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur mengemukakan bahwa tingkat risiko produksi budidaya bawang merah di Kabupaten Sampang cenderung rendah yang dikarenakan petani lokal menentukan waktu yang tepat untuk penanaman bawang merah yaitu sekitar bulan April atau Mei. Zul Mazwan dkk. 2020 yang melakukan penelitian di Kota Malang, Jawa timur juga menyatakan hal yang sama, dikarenakan petani lebih memilih menanam komoditas bawang merah hanya pada musim kemarau dimana Serangan hama dan penyakit tidak separah pada musim hujan, sehingga risikonya jauh lebih rendah. Ghozali & Wibowo 2019, dalam penelitiannya di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, menemukan bahwa produksi tanaman bawang merah berisiko tinggi, terutama bila ditanam pada musim hujan off-season, tinggi, dan penggunaan pestisida cair. juga meningkat pesat, berdampak pada biaya produksi. Sejalan dengan penelitian di Kabupaten Bogor, Jawa Barat Pasaribu 2017, kami juga menemukan bahwa budidaya bawang merah di luar musim memiliki risiko produksi yang tinggi. Hasil penelitian dari Nailufar dkk. 2019 di Kabupaten Serang, Jawa Tengah juga menyatakan tingkat resiko produksi dalam usahatani bawang merah termasuk dalam kategori tinggi. Semakin tinggi risiko dalam produksi pertanian, semakin tinggi risiko pendapatan bagi petani. Konsisten dengan apa yang dilaporkan Mutisari & Meitasari 2019 dalam penelitiannya di Kota Batu, Jawa Timur, risiko budidaya bawang merah relatif tinggi. Tabel 1 Tingkat Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah di Beberapa Lokasi Penelitian Sumber Data Diolah 2022 37 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Putri dkk. 2018 Sebuah studi yang dilakukan di desa Songan Kabupaten Bangli menemukan bahwa produksi budidaya bawang merah berisiko tinggi. Termasuk risiko tinggi karena dipengaruhi oleh ketinggian lahan dimana pada daerah atas atau lebih tinggi memiliki tingkat risiko lebih tinggi dibandingkan daerah yang lokasinya lebih dibawah. Hal ini dikarenakan kelembaban udara dan curah hujan lebih tinggi pada daerah bawah yang juga mempengaruhi pertumbuhan bawang merah. Nadhilah 2019 dalam penelitiannya di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara menyatakan bahwa risiko pendapatan merupakan risiko tertinggi dalam budidaya bawang merah. Tingginya risiko pendapatan sangat dipengaruhi oleh tingginya risiko Mengingat adanya kekhawatiran penurunan produksi akibat serangan hama, maka perlu dilakukan tindakan pencegahan seperti penyemprotan pestisida dan pemberian bahan kimia. Pendapatan usahatani bawang merah yang relatif tinggi di kota Medan memiliki kecenderungan risiko produksi yang relatif tinggi. Tingginya risiko produksi budidaya bawang merah juga ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Arya dkk. 2015 di Kabupaten Buleleng, Bali. Sebagai produk dengan nilai ekonomi tinggi dan risiko produksi tinggi juga cenderung tinggi diperlukan adanya strategi manajemen risiko mulai dari perencanaan usahatani seperti penentuan pola tanam, saat kegiatan budidaya dilakukan seperti pemakaian input yang berlebih dan setelah usahatani selesai atau panen yang meliputi kegiatan mempertahankan keberlanjutan usahatani setelah mengalami kegagalan seperti melakukan peminjaman dana dan pejualan aset serta penggunaan pendapatan sumber lainnya. Lawalata 2017 dalam penelitiannya di Kabupaten Bantul, provinsi Jawa Tengah menyatakan bahwa tingginya risiko produksi usahatani bawang merah menyebabkan petani berhati-hati dalam melakukannya sehingga mereka melakukan pola tumpang sari antara bawang merah dan cabai dengan tujuan mengurangi risiko yang ada. Perilaku petani dalam kegiatan usahatani sangat tergantung pada risiko yang dihadapi dan strategi mereka dalam menghadapi risiko yang ada baik risiko produksi maupun risiko harga output Arya dkk. 2015. Sikap petani terhadap risiko dalam pertanian dapat dibedakan menjadi kelompok petani yang penghindar risiko risk averse, petani netral risk neutral dan petani yang berani mengambil risiko risk enthusiast. Tabel 2 menunjukkan tanggapan petani terhadap risiko produksi tanaman bawang merah di beberapa daerah penelitian. Budiningsih & Pujiharto 2006 dalam penelitiannya di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah menyatakan petani cenderung bersikap netral yang kemungkinan disebabkan oleh persepsi petani terhadap risiko dalam usahatani sudah merupakan hal biasa dan pasti terjadi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmania Fajri & Fauziyah 2019 di Desa Pojanan Barat, Kabupaten Pamekasan yang menjelaskan bahwa perilaku petani terhadap risiko produksi dalam usahatani bawang merah juga cenderung bersikap netral yang artinya petani akan tetap membudidayakan bawang merah tidak terpengaruh oleh tingkat risiko yang ada dan memandang risiko sebuah hal biasa terjadi terlebih dalam kegiatan usahatani. 38 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Tabel 2 Berbagai Perilaku Petani terhadap Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah pada Beberapa Lokasi Penelitian Sumber Data Diolah 2022 Mutisari & Meitasari 2019 dalam penelitiannya di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur menyatakan bahwa petani rata-rata bersifat Risk Averter menghindari risiko. Kegagalan produksi akan mempengaruhi keputusan petani dalam menentukan komoditas yang akan dibudidayakan selanjutnya. Sejalan dengan penelitian Putra dkk. 2020, di Desa Sajen, Kabupaten Mojokerto Petani bawang merah juga cenderung menghindari risiko risk aversion. Perilaku Petani dalam Budidaya Bawang Merah yang cenderung menghindari risiko juga disampaikan oleh Nadhilah 2019 dalam penelitiannya di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Petani di Kota Medan masih banyak yang enggan melakukan usaha tani bawang merah karena takut mengalami kegagalan produksi akibat serangan hama dan penyakit yang tidak dapat diprediksi. Sejalan dengan penelitian Lawalata 2017 yang dilakukan di Kabupaten Bantul, provinsi Jawa Tengah yang manyatakan bahwa petani di Kabupaten Bantul kebanyakan bersikap menolak atau menghindari risiko sehingga untuk mengurangi Risiko produksi tanaman bawang merah ditimbulkan oleh sistem budidaya bawang merah dan cabai campur. Tidak semua petani di wilayah studi netral atau risk-averse produksi dalam budidaya bawang merah. Di beberapa daerah, petani lebih berani mengambil risiko Risk Lover. Widyantara & Yasa 2013 melakukan penelitian di Desa Buahan, Kabupaten Bangli menyatakan bahwa meskipun kegiatan usaha tani bawang merah pada musim kemarau di daerah penelitian memiliki risiko Lebih besar dari musim hujan, petani masih berani mengambil risiko dengan selalu menanam bawang merah di musim hujan dan kemarau. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ester 2017 di Kabupaten solok, Provinsi Sumatera barat yang manyatakan bahwa petani cenderung berani menghadapi risiko karena mereka telah memahami bahwa dalam melakukan usaha tani pasti memiliki risiko dan untuk menghadapi risiko, petani melakukan strategi preventif dan mitigasi seperti pengaturan pola tanam, penggunaan mulsa, pananaman varietas bibit berbeda dan sebagainya. 39 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Risiko Usahatani Bawang Merah Kegiatan Pertanian sangat Rentan terhadap Serangan Hama dan Penyakit Kegiatan usahatani sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit yang merugikan petani. Risiko ketidakpastian yang cukup tinggi seperti kegagalan panen pada komoditas bawang merah dapat mendorong petani untuk beralih ke komoditas lain untuk dibudidayakan khususnya komoditas yang bernilai ekonomis tinggi namun dengan risiko produksi yang rendah. Sumber faktor risiko produksi bawang merah di beberapa daerah penelitian yang diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya. Anda bisa melihatnya di Tabel 3. Putra dkk. 2020 dalam penelitiannya di Kabupaten Mojokerto menyatakan Ada dua variabel yang mempengaruhi risiko dalam produksi bawang merah yaitu pupuk urea dan ZA karena memiliki nilai probabilitas yang jauh di bawah probabilitas. Penggunaan urea yang berlebihan akan merusak tanah dan mengganggu keseimbangan unsur hara yang akan mempengaruhi kualitas tanah. Lawalata 2017 yang melakukan penelitian di Kabupaten Bantul, provinsi Jawa Tengah yang manyatakan bahwa serangan hama dan faktor cuaca yang tidak menentu merupakan faktor yang secara signifikan mempengaruhi risiko. Penggunaan pestisida dan obat-obatan banyak digunakan untuk mengurangi risiko produksi dalam budidaya bawang merah. Tabel 3 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah pada beberapa Lokasi Penelitian Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Sumber Data Diolah 2022 40 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghozali & Wibowo 2019 di Kabupaten Nganjuk, Nailufar dkk. 2019 dalam penelitiannya di Kabupaten Serang, Putri dkk. 2018 dalam penelitiannya di Desa Songan Kabupaten Bangli, Nurul Nadhilah 2019 dalam penelitiannya di Kota Medan, Rahmania Fajri & Fauziyah 2019 dalam penelitiannya di Desa Pojanan Barat Kabupaten Pamekasan serta hasil penelitian yang dilakukan oleh Ester 2017 di Kabupaten solok Provinsi Sumatera barat, semuanya menyatakan bahwa serangan Hama serta kondisi cuaca sangat mempengaruhi tingkat resiko dalam produksi bawang merah, sehingga penggunaan pestisida sangat tinggi. Mutisari & Meitasari 2019 dalam penelitiannya di kota Batu, Provinsi Jawa Timur, menyampaikan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat risiko produksi budidaya bawang merah adalah Infestasi hama dan penyakit. Berdasarkan dari penelitian Arya dkk. 2015 di Kabupaten Buleleng dan penelitian di kota Malang Zul Mazwan dkk. 2020 faktor utama dalam budidaya bawang merah adalah hama dan penyakit. Pemakaian pestisida dan obat-obatan berlebih untuk menangani serangan hama penyakit tersebut dikhawatirkan berdampak pada kesehatan petani dan kerusakan lingkungan sekitar dalam waktu panjang. SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1 Risiko produksi budidaya bawang merah tidak sama di semua wilayah, namun sebagian besar wilayah termasuk dalam kategori risiko produksi tinggi dan hanya beberapa wilayah yang termasuk dalam kategori risiko produksi rendah. mempertaruhkan. 2 Perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi dalam budidaya bawang merah sangat bergantung pada persepsi risiko dan pengalaman petani dalam budidaya bawang merah. Sebagian besar kelompok petani bersikap menghindari risiko Risk Averter, beberapa kelompok petani berani menerima risiko Risk Lover dan sebagian kecil bersikap netral terhadap risiko Risk Neutral. 3 Hama dan penyakit, serta kondisi cuaca/iklim merupakan faktor yang sangat mempengaruhi tingkat risiko produksi budidaya bawang merah. Adapun saran yang disampaikan dalam penelitian ini adalah 1 Bagi petani, harus memahami terlebih dahulu risiko produksi yang berpotensi muncul pada saat ingin membudidayakan suatu komoditas seperti bawang merah, sehingga memiliki persepsi terhadap risiko tersebut dan mampu melakukan pengendalian pada saat risiko tersebut muncul. 2 Bagi petani, sebaiknya melakukan mitigasi dan identifikasi risiko produksi yang sering dan berpotensi muncul di daerahnya masing-masing sehingga dapat melakukan pengendalian lebih awal seperti melakukan pola tanam, penggunaan varietas unggul, penggunaan pupuk organik serta pestisida nabati/ hayati dalam pemberantasan hama. 3 Guna mengurangi dampak kerusakan lingkungan dan ketahanan tanaman daun bawang terhadap hama/penyakit, petani dihimbau untuk menggunakan pestisida dan formulasinya sesuai dengan dosis yang dianjurkan. 4 Untuk studi lebih lanjut, beberapa hasil saat ini untuk analisis risiko pendapatan tanaman bawang merah dapat diperiksa dengan menggunakan metode tinjauan literatur. 41 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah DAFTAR PUSTAKA Adetya, A. 2021. Analisis Produksi, Pendapatan dan Risiko Usahatani Bawang Merah di Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang Provinsi Jawa Timur. Agriscience, 25, 17–31. Astuti, L. T. W., Daryanto, A., Syaukat, Y., & Daryanto, H. K. 2019. Analisis Resiko Produksi Usahatani Bawang Merah pada Musim Kering dan Musim Hujan di Kabupaten Brebes. Jurnal Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, 34, 840–852. Budiningsih, S., & Pujiharto. 2006. Analisis Risiko Usahatani Bawang Merah di Desa Klikiran Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Agritech, 81, 127–143. Ester, M. W. 2017. Analisis Risiko Usahatani Bawang Merah Allium Ascalonium L. Di Nagari Sungai Nanam Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Skripsi. Universitas Andalas. Ghozali, M. R., & Wibowo, R. 2019. Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah di Desa Petak Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 32, 294–310. Kemendag RI. 2020. Profil Komoditas Bawang Merah. Kementerian Perdagangan, 1–38. Lawalata, M. 2017. Risiko Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Bantul. Jurnal Agrica, 102, 56. Mutisari, R., & Meitasari, D. 2019. Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah di Kota Batu. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 33, 655–662. Nailufar, S. F., Anggraeni, D., Sari, R. M. 2019. Analisis Risiko Produksi dan Penawaran Bawang Merah Kasus di Desa Toyomerto Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang. Ilmu Pertanian Tirtayasa, 11, 22–36. Nurul Nadhilah. 2019. Analisis Risiko Produksi , Harga dan Pendapatan pada Usaha Pembenihan Bawang Merah Allium Cepa Var . Ascalonicum Kasus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. 1–85. Pasaribu, S. M. 2017. Risiko Produksi Pangan Tantangan dan Peluang. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Litbang Pertanian Bogor, 206–224. 42 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Pusdatin. 2019. Outlook Bawang Merah Komoditas Pertanian Subsektor Holtikultura. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian, 1–71. Putra, Y. H., Dwi Susilowati, & Farida Syakir. 2020. Analisis Risiko Usahatani Bawang Merah di Desa Sajen Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 82, 49–58. Putri, A., Dewi, R. K., & Yudhari, I. D. A. S. 2018. Analisis Risiko Produksi Bawang Merah di Desa Songan B, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Jurnal Agribisnis dan Agrowisata, 73, 392. Rahmania Fajri, S., & Fauziyah, E. 2019. Keterkaitan Efisiensi Teknis dan Perilaku Risiko Petani Usahatani Bawang Merah Varietas Manjung. Jurnal Hortikultura Indonesia, 93, 188–196. Widyantara, W., & Yasa, N. 2013. Iklim Sangat Berpengaruh terhadap Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Allium Ascalonicum L. E-Journal Agribisnis dan Agrowisata, 21, 32–37. Zed, Mestika. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta Yayasan Obor Indonesia. Zul Mazwan, M., Tarik Ibrahim, J., & A M Fadlan, W. 2020. Risk Analysis of Shallot Farming in Malang Regency, Indonesia. Agricultural Social Economic Journal, 203, 201–206. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Produksi, Pendapatan danA AdetyaAdetya, A. 2021. Analisis Produksi, Pendapatan dan Risiko Usahatani Bawang Merah di Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang Provinsi Jawa Timur. Agriscience, 25, Resiko Produksi Usahatani Bawang Merah pada Musim Kering dan Musim Hujan di Kabupaten BrebesL T W AstutiA DaryantoY SyaukatH K DaryantoAstuti, L. T. W., Daryanto, A., Syaukat, Y., & Daryanto, H. K. 2019. Analisis Resiko Produksi Usahatani Bawang Merah pada Musim Kering dan Musim Hujan di Kabupaten Brebes. Jurnal Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, 34, 840-852. Risiko Usahatani Bawang Merah di Desa Klikiran Kecamatan Jatibarang Kabupaten BrebesS BudiningsihPujihartoBudiningsih, S., & Pujiharto. 2006. Analisis Risiko Usahatani Bawang Merah di Desa Klikiran Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Agritech, 81, Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah di Desa Petak Kecamatan Bagor Kabupaten NganjukM R GhozaliR WibowoGhozali, M. R., & Wibowo, R. 2019. Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah di Desa Petak Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 32, 294-310. I KemendagKemendag RI. 2020. Profil Komoditas Bawang Merah. Kementerian Perdagangan, Usahatani Bawang Merah di Kabupaten BantulM LawalataLawalata, M. 2017. Risiko Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Bantul. Jurnal Agrica, 102, 56. Risiko Produksi dan Penawaran Bawang Merah Kasus di Desa Toyomerto Kecamatan Kramatwatu Kabupaten SerangS F NailufarD AnggraeniR M SariNailufar, S. F., Anggraeni, D., Sari, R. M. 2019. Analisis Risiko Produksi dan Penawaran Bawang Merah Kasus di Desa Toyomerto Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang. Ilmu Pertanian Tirtayasa, 11, Risiko Produksi , Harga dan Pendapatan pada Usaha Pembenihan Bawang Merah Allium Cepa Var . Ascalonicum KasusNurul NadhilahNurul Nadhilah. 2019. Analisis Risiko Produksi, Harga dan Pendapatan pada Usaha Pembenihan Bawang Merah Allium Cepa Var. Ascalonicum Kasus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Produksi Pangan Tantangan dan Peluang. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Litbang Pertanian BogorS M PasaribuPasaribu, S. M. 2017. Risiko Produksi Pangan Tantangan dan Peluang. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Litbang Pertanian Bogor, 206-224. Komoditas bawang merah merupakan komoditas dengan permintaan yang cukup tinggi di Indonesia. Rata-rata konsumsi bawang merah per kapita sebesar 0,54 ons per hari. Sebagai komoditas sayuran bawang merah termasuk komoditas dengan produksi tinggi sebesar juta ton pada tahun 2018. Sentra usaha bawang merah di Lampung masih dalam pengembangan untuk membantu menstabilkan kebutuhan suplai bawang merah dan menjaga kestabilan harga di pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat serta kelayakan dalam aspek teknis, finansial dan sosial ekonomidalam usaha tani bawang merah. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu kawasan lahan pertanian bawang merah di Lampung Tengah kecamatan Kota Gajah. Metode yang digunakan meliputi wawancara langsunguntuk pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder melalui pusat informasi secara finansial menggunakan analisis kriteria investasi nilai NPV, IRR, rasio pendapatan dan biaya revenue and cost ratio. Hasil analisis teknis menunjukkan bahwa daerah kecamatan Kota Gajah memiliki iklim, jenis tanah dan ketersediaan serta skill petani yang memenuhi untuk tanaman bawang merah. Pada analisis finansial menunjukkan usaha tersebut layak dijalankan karena diperoleh rasio revenue dan cost sebanyak 1,8, dengan nilai NPV Rp. dan IRR 15,19% pada periode kedua diatas tingkat diskonto. Pada aspek sosial ekonomi menunjukkan bahwa tanaman bawang merah mampu meningkatkan penghasilan petani sebanyak 4 kali lipat dibanding menanam padi serta membuka hubungan kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah, swasta dan petani di luar kecamatan Kota Gajah. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free JURNAL TEKNIK INDUSTRI ISSN 1693-8232 HEURISTIC 43 ANALISIS USAHA TANI BAWANG MERAH DALAM ASPEK TEKNIS, FINANSIAL DAN SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN KOTA GAJAH, LAMPUNG TENGAH Dian Fajarika1, Rizqa Ula Fahadha2 1,2Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi Sumatera ABSTRAK Komoditas bawang merah merupakan komoditas dengan permintaan yang cukup tinggi di Indonesia. Rata-rata konsumsi bawang merah per kapita sebesar 0,54 ons per hari. Sebagai komoditas sayuran bawang merah termasuk komoditas dengan produksi tinggi sebesar juta ton pada tahun 2018. Sentra usaha bawang merah di Lampung masih dalam pengembangan untuk membantu menstabilkan kebutuhan suplai bawang merah dan menjaga kestabilan harga di pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat serta kelayakan dalam aspek teknis, finansial dan sosial ekonomidalam usaha tani bawang merah. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu kawasan lahan pertanian bawang merah di Lampung Tengah kecamatan Kota Gajah. Metode yang digunakan meliputi wawancara langsunguntuk pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder melalui pusat informasi secara finansial menggunakan analisis kriteria investasi nilai NPV, IRR, rasio pendapatan dan biaya revenue and cost ratio. Hasil analisis teknis menunjukkan bahwa daerah kecamatan Kota Gajah memiliki iklim, jenis tanah dan ketersediaan serta skill petani yang memenuhi untuk tanaman bawang merah. Pada analisis finansial menunjukkan usaha tersebut layak dijalankan karena diperoleh rasio revenue dan cost sebanyak 1,8, dengan nilai NPV Rp. dan IRR 15,19% pada periode kedua diatas tingkat diskonto. Pada aspek sosial ekonomi menunjukkan bahwa tanaman bawang merah mampu meningkatkan penghasilan petani sebanyak 4 kali lipat dibanding menanam padi serta membuka hubungan kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah, swasta dan petani di luar kecamatan Kota Gajah. Kata Kunci Analisis usaha tani, bawang merah, aspek teknis, finansial, sosial ekonomi ABSTRACT Shallot commodity is one of agricultural commodity that has high demand in Indonesia. The average consumption of shallots per capita is ounces per day. Shallot is kind of vegetable with production million tons in 2018. Production centre of shallot in Lampung, one of provincein Indonesia, is still developed. It is purposed to stabilize shallot stock and keep prices balancing in market. This study aims to determine the benefits and feasibility in technical, financial and sosio-economic aspects in shallot farming. This research was carried out in Kota Gajah Subdistrict, Central Lampung. The methods used are direct interviews for primary data, literature study in regional information center for secondary data technical aspect result that area ofKota Gajah subdistrict has a climate,type of soil and farmers' skills that available for shallot farming. The financial analysis shows that the project for shallot centre development in Kota Gajah is feasible with revenue and cost ratio obtained NPV Analisis Usaha Tani Bawang Merah dalam Aspek Teknis… 44 value is Rp. 16, 343, 200,777,- and interest rate return IRR in the second period above the discount rate. On socio-economic aspect can be showed that the shallot farming can increase farmer’s income as much as 4 times higher than paddy farming. The shallot farming also open relationship for cooperation with various parties such as government, private sector and other farmers group in outside Kota Gajah Subdistrict. Keywords farming analysis, shallots, technical, financial, socio-economic PENDAHULUAN Komoditas bawang merah merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia. Komoditas yang tergolong dalam jenis sayuran ini dimanfaatkan sebagai bumbu masakan dan obat. Dalam rangka memndukung swasembada komoditas pertanian, Indonesia berupaya untuk mengurangi impor komoditas bawang merah. Hal ini dapat dibuktikan bahwa Indonesia mampu memenuhi kebutuhan bawang merahnya sendiri dan mengekspor bawang merah sebanyak ton bawang merah pada tahun 2014. Tingkat produksi bawang merah mencapai 1,49 juta ton pada tahun 2018 Badan Ketahanan Pangan, 2019. Penanaman komoditas bawang merah saat ini masih didominasi di Pulau Jawa Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur sebesar Nusa Tenggara Barat sebesar 14,92%, dan sisanya di daerah Sumatera, Sulawesi, Bali dan Yogyakarta Inagri, 2019. Bawang merah hanya dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang memiliki kecukupan air dan angin. Komoditas ini yang rentan terhadap curah hujan. Tanaman bawang merah merupakan salah satu tanaman musiman dimana pada bulan tertentu akan mengalami kenaikan pesat, namun saat terjadi musim yang kering akan mengalami penurunan. Ketersediaan bawang merah yang fluktuatif tersebut berpengaruh terhadap perubahan harga. Beberapa permasalahan yang terjadi pada tanaman bawang merah diantaranya adalah produktivitas bawang merah di Indonesia yang masih rendah dengan rata-rata 9,24 ton/ha yang masih dibawah potensi produksi diatas 20 ton/ha Kementerian Pertanian, 2015. Kendala lainnya adalah mulai jenuhnya lahan bawang merah di Pulau Jawa khususnya di Jawa Tengah yang merupakan sentra produksi bawang merah dan menyumbangkan 71% dari kebutuhan bawang merah nasional Inagri, 2019. Pemerintah mentargetkan ekspor komoditas bawang merah pada tahun 2019 sebanyak 2750 ton bawang. Realisasi ekspor bawang merah sampai tahun 2019 hanya 252 ton. Jumlah ekspor ini turun secara signifikan dibandingkan pada tahun 2014 yang dapat mengekspor hingga 74 ribu ton. dapat menjadi komoditas ekspor ke negara tetangga. Untuk mengatasi kejenuhan lahan pertanian di Pulau Jawa, diperlukan pengembangan komoditas di luar pulau Jawa. Salah satu Kawasan yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Provinsi Lampung. Berdasarkan hasil kajian penelitian komoditas unggulan Bank Indonesia didapatkan hasil bahwa Lampung memiliki potensi komoditas unggulan bawang merah. Komoditas ini menjadi komoditas unggulan terutama di Kabupaten Lampung Tengah dengan potensi lintas sektor tertinggi untuk sektor komoditi sayuran Bank Indonesia, 2017. Pengembangan usaha pertanian bawang merah membutuhkan kajian mengenai aspek finansial dan teknis di lahan baru. Hal ini dibutuhkan untuk mendapatkan Jurnal Teknik Industri HEURISTIC, Vol. 17 No. 1, Hal. 43-54 45 gambaran kelayakan investasi serta benefit bagi lingkungan sekitar. Penelitian mengenai usaha bawang merah sebelumnya dilakukan di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Nurasa, Tjetjep, 2007. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis usaha tani dan keragaan marjin pemasaran bawang merah. Data yang didaptkan berupa data pendapatan petani serta perhitungan marjn pada tingkat Lembaga. Sistem pemasaran yang dilakukan terdiri dari tebasan yaitu tawar menawar sebelum panen dilakukan, sistem borongan. Penelitian tersebut masih membahas mengenai marjin yang diterima oleh petani. Variabel analisis yang digunakan masih di keuntungan dan rasio benefit serta biaya dengan nilai sebesar B/C Dalam analisis kelayakan usaha bawang merah perlu dikaji secara finasial. Pengujian kelayakan secara finansial ini pernah dilakukan di tiga provinsi yaitu Sumatera Utara, Jawa Timur dan Jawa Tengah terhadap biji botani bawang merah true shallot seed. Hasil kajian secara finansial dapat menyatakan bahwa produksi TSS di Sumatera Utara dan Jawa Timur nilai revenue dibanding costR/C sebesar 3,44 dan 2,63. Namun untuk R/C di Jawa Tengah mengalami kerugian sebesar 184,3 juta atau R/C sebesar 0,41 Sembiring, Asma, dkk, 2018. Hal tersebut dapat menjadi tantangan untuk Sumatera dalam menghasilkan sentra usaha tani bawang merah dikarenakan peluang dari kajian yang memberikan hasil yang positif untuk perkembangan bawang merah. Biaya yang dipertimbangkan dalam menganalisis kelayakan finasial diantaranya biaya material meliputi benih, pupuk dan pestisida serta pollinator serangga penyerbuk. Biaya tenagakerja meliputi pengolahan sampai proses serta panen dan biaya lain meliputi biaya penyusutan peralatan asset produksi, biaya sewa dan biaya tak terduga sebesar 5% dari biaya material dan biaya tenaga kerja. Studi kelayakan terkait bawang merah diteliti di Sulawesi yang berfokus pada pengembangan benih bawang merah dengan menganalisis benefit cost ratio dari pengembangan benih bawang merah. Hasil benefit cost ratio menunjukkan bahwa benih bawang merah memiliki potensi produktifitas 14,9 ton per hektar dan benefit cost sebasar Heni, dkk, 2019. Variabel yang digunakan untuk menganalisis benefit dalam penelitian tersebut adalah total revenue, gross margin, net revenue, revenue cost ratio dan scare value untuk persepsi petani terhadap pengembangan usaha tani bawang merah. Dalam penelitian tersebut kelayakan usaha hanya dihitung dari masing masing petani yang memiliki lahan rata-rata ha. Penelitian tentang kelayakan sentra usaha tani bawang merah di Lampung Tengah menggunakan proyeksi luas total lahan yang tersedia di Kawasan Lampung Tengah terutama kecamatan Kota Gajah untuk semua kelompok petani. Lampung merupakan salah satu kawasan pengembangan tanaman hortikultura diantaranya tanaman bawang merah. Berdasarkan peta sebaran kawasan pengembangan tanaman hortikultura komoditas bawang merah, Lampung termasuk menjadi prioritas pertama kawasan untuk pengembangan komoditas bawang merah Gambar 1. Analisis Usaha Tani Bawang Merah dalam Aspek Teknis… 46 Gambar 1. Sebaran kawasan pengembangan komoditas bawang merah Inagri, 2017 Peta wilayah Kecamatan Kota Gajah mencakup Kota Gajah, Kota Gajah Timur, Purworejo, Sumber Rejo, Sritejo Kencono, Saptomulyo, Nambah Rejo. Sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani padi dan hortikultura. Melalui bantuan pemerintah, lokasi Kecamatan Kota Gajah merupakan wilayah yang dikembangkan menjadi sentar bawang merah di masa mendatang. Pengembangan usaha bawang merah diperlukan dalam upaya mendiversifikasi lokasi usaha pertanian. Diversifikasi tersebut diperuntukkan untuk meningkatkan kemajuan bidang pertanian di lokasi pertanian dan peningkatan pendapatan. Usah tani bawang merah perlu dikembangkan dalam mendukung strategi pemerintah dalam menjaga keseimbangan harga bawang merah. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan dikawasan Lampung Tengah tepatnya di Kecamatan Kota Gajah. Kawasan yang telah berhasi mengembangkan bawang merah diantaranya Peta wilayah kecamatan kota gajah mencakup Kota Gajah, Kota Gajah Timur, Purworejo, Sumber Rejo, Sritejo Kencono, Saptomulyo, Nambah Rejo. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan studi literatur untuk data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui survey lapang, wawancara dengan pejabat setempat dalam hal ini adalah camat Kota Gajah, wawancara dengan ketua kelompo petani serta perwakilan petani bawang merah di Kota Gajah. Survei lapang dilakukan untuk melihat kondisi area pertanian bawang merah, aliran irigasi untuk pertanian, teknologi penanaman yang digunakan dan kepadatan lokasi penanaman. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi tentang perkembangan bawang merah, jumlah petani yang telah bergabung, bentuk dukungan pemerintah terhadap petani bawang merah, kerjasama yang telah dijalin dalam pengembangan usaha bawang merah, pemasaran bawang merah serta dampak yang dialami oleh warga sekitar dengan usaha bawang merah. Aspek yang dianalis dalam pengembangan usaha tani ini meliputi benefit dalam ekonomi, benefit dalam sosial. Benefit ekonomi dikaji dalam aspek finansial. Dalam aspek finansial dikaji tentang jumlah lahan yang disediakan untuk pengembangan usaha Jurnal Teknik Industri HEURISTIC, Vol. 17 No. 1, Hal. 43-54 47 bawang merah dalam satu kawasan yang sudah berjalan. Untuk mendapatkan kelayakan finansial dilakukan perhitungan asset, biaya tetap, biaya varibel dan biaya lain yang diperlukan untuk usaha sentra bawang merah. Dalam aspek finansial dilakukan perhitungan ratio terhadap benefit dan cost. Perhitungan asset dilakukan dengan menghitungjumlah lahan yang siap untuk penanaman bawang merah. Rata-rata petani bawang merah di kecamatan Kota Gajah menggarap tanah miliki pribadi, namun beberapa menyewa tanah pertanian. Biaya yang dihitung meliputi biaya tetap, biaya variabel langsung dan tidak langsung. Biaya tetap meliputi biaya sewa lahan. Biaya variabel dalam penelitian ini meliputi semua biaya yang dibutuhkan dalam persiapan, proses, pemanenan sampai bawang merah siap jual.    Analisis kelayakan usaha tani menggunakan nilai NPV net present value untuk mengetahui selisih antara arus penerimaan dan pengeluaran sepanjang periode waktu tertentu. NPV positif menunjukkan keuntungan dari proyek. Zhao et al, 2016    Keterangan Bt = Penerimaan usaha tani pada tahun ke-t Ct= cost biaya usahatani pada tahun ke-t n= umur ekonomis proyek i = tingkat suku bunga yang berlaku Untuk menilai tingkat bunga yang bisa dihasilkan oleh proyek diukur dengan perhitungan internal rate of return IRR. IRR menunjukkan tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih dimana IRR dihitung sebagai berikut    Keterangan IRR =Internal rate of return i1= suku bunga yang menghasilkan NPV positif i2 = suku bunga yang menghasilkan NPV negative NPV1 = NPV positif NPV2 = NPV negative Proyek dikatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto atau discount rate. Jika IRR kurang dari tingkat diskonto maka proyek dikatakan tidak layak. Untuk menilai tingkat investasi dilakukan perhitungan rasio revenue dan cost R/C. nilai R/C menunjukkan jumlah rasio untuk melihat keuntungan relatif yang akan didapatkan dalam sebuha proyek. Proyek dikatakan layak apabila niai R/C lebih dari 1, sebaliknya jika nilai R/C kurang dari 1 maka proyek dikatakan tidak layak. Selain R/C dihitung juga B/C ratio yang menunjukkan perbadingan antara nilai manfaat terhadap nilai biaya jika dilihat pada saat ini present value. Proyek dikatakan layak jika nilai B/C lebih dari 1. Perhitungan R/C dan B/C sebagai berikut Analisis Usaha Tani Bawang Merah dalam Aspek Teknis… 48  Total cost dihitung dari biaya tetap dan biaya variabelBosma, 2017. Perhitungan break event point dalam bentuk rupiah dihitung dari fixed cost biaya tetap dibagi dengan contribution margin. Contribution margin merupakan nilai dari variable cost dibagi dengan nilai jual barang per unit. Sedangkan untuk BEP dalam bentuk unit dihitung dari BEP rupiah dibagi harga jual per unit. Dalam penelitian ini unit dihitung dalam 1 kilogram bawang merah.    Al Nasser, 2014 Benefit sosial dilakukan dengan mencari informasi terkait manfaat yang dapat dirasakan masyarakat dengan adanya program usaha tani bawang merah di Kecamatan Kota Gajah. Menurut United Nation Industrial Development Organization, 2017, adanya usaha agribisnis dikaitkan dengan manfaat sosial meliputi peningkatan usaha kecil di pedesaan, membantu menciptakan peluang pekerjaan dan kewirausahaan kelompok populasi yang rentan seperti wanita, pemuda dan korban konflik. Selain itu dapat meningkatkan keberlangsungan hasil komoditi dan ketersediaan pangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Tanaman bawang merah merupakan tanamanyang tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian idel 0-800 m atau plus minus 1100 m diatas permukaan laut. Suhu udara untuk penanaman bawang merah dalah iklim kering dengan suhu udara 25 - 32 0C dan pencahayaan sekita 70%. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan bawang merah antara 1300 - 2500 mm/tahun. Kelembaban nisbi antara 80-90%. Intensitas matahari penuh lebih dari 10 jam/hari. Bawang merah harus ditanam pada lahan subur dan gembur serta mengandung bahan organik. Derajat keasaman tanah pH antara - Jenis tanah yang baik yaitu jenis alluvial dan regosol. Tanaman bawang merah memerlukan tiupan angin sepoi sepoi yang berpengaruh baik pada laju fotosintesis dan pembentukan umbi bawang yang tinggi Rukmana, 2018 Berdasarkan dari data dinas kehutanan dan perkebunan Kabupaten lampung Tengah, Lampung Tengah merupakan wilayah yang beriklim tropika basah dengan kecepatan angin rata rata 5,83 km/jam. Temperatur berkisar 26 - 28 0C. Daerah lampung tengah sebagian besar adalah dataran rendah dengan ketinggian 30 hingga 60 meter diatas permukaan laut. Kondisi geologi Jenis tanah pada lahan basah adalah tanah alluvial sedangkan pada lahan kering adalah jenis latosol coklat kemerahan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Lampung Tengah, 2014. Berdasarkan kondisi tersebut dapat diketahui bahwa secara iklim untuk daerah Lampung Tengah masih sesuai dengan kondisi untuk penanaman bawang merah. Akan tetapi perlu perlakuan pada tanah yang tidak semua lahan di daerah tersebut berjenis alluvial. Petani bawang merah di Lampung Tengah perlu melakukan pengecekan derajat keasaman tanah. Pengecekan tersebut dilakukan agar pH tanah sesuai dengan kondisi tanah untuk bawang merah. Jurnal Teknik Industri HEURISTIC, Vol. 17 No. 1, Hal. 43-54 49 Tanaman bawang merah memerlukan pengairan yang cukup dan terdapat guludan tanah yang selalu basah. Daerah di Lampung Tengah terutama di beberapa daerah seperti seputih raman dan Kota Gajah merupakan dua dari 13 tiga belas daerah di Lampung yang dialiri oleh sungai irigasi yang dinamakan sekampung sistem. Sungai ini berfungsi untuk mengaliri lahan pertanian warga sehingga musim tanam dapat dilakukan dengan sistem irigasi sungai buatan dengan panjang saluran sepanjang 7, 564,895 m2. Dengan aliran sungai tersebut menjamin adanya sumber air untuk kebutuhan irigasi di lahan pertanian. Untuk menjamin ketersediaan air, pemerintah daerah telah membantu pembangunan sumur bor dan instalasi pengairan ke lahan petani bawang merah. Kecukupan air sangat diperlukan pada awal fase tanam dimana tanaman bawang merah membutuhkan genangan air di sekitar guludan tanah. Luasan lahan di kecamatan Kota Gajah untuk jenis lahan basah sebesar 1023 ha dengan pengairan irigasi teknis sebesar 50,22% dan irigasi non teknis 27,37% serta tadah hujan 22,48% Badan Pusat Statistik Lampung Tengah, 2014. Ketersediaan irigasi baik teknis maupun nonteknis dengan total 77,59% ini memberikan peluang yang baik untuk penanaman bawang merah yang tergantung pada pengairan yang cukup. Aspek Finansial Analisis finansial dilakukan dengan mencari sumber data tentang penanaman bawang merah di Lampung Tengah. Dari beberapa kecamatan yang dikunjungi, untuk penanaman bawang merah masih didominasi oleh kecamatan Kota Gajah di Lampung Tengah. Di kecamatan tersebut masih rutin menanam bawang merah. Luas lahan yang diperkirakan untuk penanaman bawang merah kurang lebih 30 ha. Lahan tersebut dimiliki secara terpisah oleh petani. Komponen biaya yang dibutuhkan dalam usaha penanaman bawang merah meliputi aset, biaya tetap, biaya variabel. Informasi biaya didapatkan dari wawancara langsung dengan kelompok petani. Biaya usaha bawang merah ini tergantung dengan kondisi lahan dan cara pengolahan lahan bawang merah. Tabel 1. Komponen biaya perawatan Pembuatan tempat penjemuran Komponen biaya pada tabel 1 merupakan biaya yang dikeluarkan saat awal memulai usaha adalah biaya peralatan. Biaya ini mencakup biaya peralatan berladang, alat penyemprot hama, biaya pembuatan penjemur bawang merah setelah panen, pembuatan gudang penyimpanan bawang merah. Biaya ini dihitung untuk kapasitas hasil panen 30 hektar. Perhitungan biaya dilakukan dengan menjumlah semua rata-rata kebutuhan petani yang telah menanam bawang merah dan sebagian dihitung dengan mengalikan variabel dari rata-rata kebutuhan petani per hektar. Biaya produksi dihitung dari biaya tetap, biaya langsung dan tidak langsung untuk operasional dari persiapan, penanaman hingga kegiatan pascapanen usaha bawang merah. Biaya tetap meliputi biaya sewa lahan. Diasumsikan pada lahan tersebut setengah dari total lahan merupakan lahan sewa. Hal ini dikarenakan peminat usaha tani Analisis Usaha Tani Bawang Merah dalam Aspek Teknis… 50 bawang merah tidak hanya dari petani yang memiliki lahan tetapi juga masyarakat bukan petani yang tertarik untuk ikut dalam penanaman bawang merah. Biaya bahan langsung meliputi biaya bibit, biaya pupuk, biaya pestisida, jasa untuk pengolahan tanah, pengairan sampai jasa tenaga untuk aktivitas pasca panen. Biaya tidak langsung meliputi biaya transportasi, pembelian bahan bakar untuk mesin, biaya penyusutan alat dan lainnya tabel 2. Berdasarkan hasil perhitungan, total biaya untuk investasi awal sebesar Biaya produksi rata-rata untuk sentra usaha seluas 30 ha sebesar Rp. dengan kemampuan produksi sebagai usaha pemula pada satu lagi musim sebesar 5600 kg atau 5,6 ton. pendapatan yang mampu dihasilkan dari luasan tersebut sebesar Harga bawang merah diasumsikan sebesar 10 ribu pada musim raya. Rata rata harga jual bawang merah dari - per kilogram tergantung pada musim. Berdasarkan analisis biaya dalam tabel 2 didapatkan hasil revenue cost ratio R/C sebesar 1,8 Tabel 2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembuatan sentra usaha tani bawang merah ini layak untuk dijalankan karena rasio R/C lebih dari 1. Tabel 2. Uraian biaya produksi dan pendapatan usahatani bawang merah Biaya Panen dan pasca panen Jumlah bawang merah yang dihasilkan Laba Pendapatan - pengeluaran Jurnal Teknik Industri HEURISTIC, Vol. 17 No. 1, Hal. 43-54 51 Analisis finansial usahatani bawang merah dilakukan dengan menggunakan analisis kelayakan net present value NPV dengan luasan 30 ha, internal rate of return, periode pengembalian dan analisis titik impas break event point. Nilai suku bunga yang digunakan dalam perhitungan IRR sebanyak 10 % karena bunga untuk usaha kecil rata-rata mendekati – 10,5% Otoritas Jasa Keuangan, 2019. Tingkat diskonto ini didasarkan pada suku bunga pinjaman untuk usaha kecil yang berlaku saat ini dengan bunga efektif di beberapa bank. Pada tabel 3 menunjukkan bahwa IRR positif didapatkan setelah periode ke 2 sebesar 15,19% yang melebihi suku bunga diskonto 10%. Perhitungan NPV dan IRR menggunakan cashflow yang didapatkan dari proyeksi pendapatan dan biaya produksi. Pada tahun awal biaya asset dan peralatan dimasukkan sehingga total pengeluaran sedangkan pada tahun kedua dan seterusnya hanya dimasukkan biaya produksi Rp. Jika periode hitungan selama 5 periode maka hasil IRR menunjukkan 15,19% pada periode kedua menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan. Berdasarkan hasil perhitungan NPV sebesar Rp. pay back period periode pengembalian sebanyak 3,7 periode, dan break event point titik impas pada kapasitas produksi kg atau 32,6 ton yang setara dengan hasil penjualan sebesar Rp. Tabel 3. Perhitungan Internal Rate of Return Aspek Sosial Ekonomi Usaha bawang merah melibatkan beberapa pihak yang membantu dalam pelaksanaan operasional dan kebijakan. Pihak yang terlibat dalam usaha tani adalah kelompok tani, ketua kelompok tani, Dinas Pertanian Kota Gajah, Ketua Camat Kota Gajah dan perbankan. Masing masing kampung mempunyai kelompok tani dengan seorang ketua kelompok. Dinas pertanian bekerjasama dengan kelompok tani mengadakan kegiatan penanaman dan perawatan tanaman untuk jenis varietas baru. Camat bertanggungjawab dalam pengawasan program untuk peningkatan usaha tani bawang merah dan program pengembangan hardskill petani bawang merah. Dalam pihak yang berkepentingan dari usaha tani bawang merah pada gambar 2. Analisis Usaha Tani Bawang Merah dalam Aspek Teknis… 52 Ketua Kelompok Tani PetaniPengumpulCamatPedagang eceranStakeholder PerbankanDinas PertanianKelompok TaniGambar 2. Stakeholder dalam pengembangan usaha tani bawang merah di Kecamatan Kota Gajah Para petani di Kota Gajah menyatakan bahwa peningkatan kesempatan peluang pekerjaan meningkat setelah penanaman bawang merah. Bawang merah memiliki arus perputaran yang lebih cepat dibandingkan padi dengan penghasilan 4 kali lebih banyak dibandingkan padi dengan luasan lahan yang sama. Jumlah kerjasama yang telah terjalin oleh petani di Kecamatan Kota Gajah diantaranya adalah kerjasama untuk pembinaan petani bawang merah oleh Bank Indonesia, kerjasama untuk varietas unggul dengan salah satu universitas di Lampung, kerjasama untuk penyediaan bibit dengan dinas pertanian dan pengiriman petani ke sentra usaha tani bawang merah di luar provinsi Lampung. Jumlah petani yang telah bergabung sebanyak 30 orang yang aktif setiap musim dan total hingga 120 orang yang masih memiliki minat terhadap usaha tani bawang merah. Aspek sosial yang berkembang di Kecamatan Kota Gajah yaitu peningkatan kerjasama dengan pemerintah kabupaten. Terdapat program pelatihan baik studi banding, pembinaan dan fasilitas yang diterima petani setiap tahun dari pemerintah kabupaten. Peningkatan pengetahuan petani dalam teknologi pembudidayaan bawang merah memberikan dampak pada minat untuk bekerja di daerah. Usaha ini dapat menarik pemuda yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri untuk kembali membantu pengembangan usaha di desa. Selain itu program binaan Bank Indonesia untuk peningkatan hasil usaha dan pengetahuan tentang sistem pemasaran. Kerjasama tersebut juga telah meningkatkan fasilitas kebutuhan petani berupa sumber air. Petani awalnya mengandalkan air irigasi untuk sumber pengairan, dengan adanya program kerjasama dengan pemerintah setempat maka petani sudah memiliki sumur bor untuk pengairan saat musim panas dengan instalasi pipa ke masing masing lahan. Dari aspek ekonomi, sentra usaha tani ini juga sebagai alternatif solusi untuk penekanan inflasi harga bawang merah. Usaha ini berdampak positif pada kerjasama dalam social coporate responsibility bawang merah dengan perusahaan swasta di sekitar Lampung Tengah dalam pengadaan pupuk dan fasilitas. Hal ini karena Lampung Tengah merupakan sumber usaha perkebunan dan pertanian dengan perusahaan-perusahaan skala besar di Provinsi Lampung. Rata rata pendapatan petani untuk 1 ha lahan bawang merah mendapatkan pendapatan bersih sebesar Rp. per siklus tanam. Peningkatan pendapatan ini 4 kali meningkat dibandingkan pendapatan dari bertanam padi. Peningkatan aktivitas perdagangan dalam usaha tani berkembang karena pasar perdagangan bawang merah di Kecamatan Kota Gajah telah merambah ke Lampung Tengah, Metro dan Sumatera Selatan tepatnya di Martapura. Pengembangan Jurnal Teknik Industri HEURISTIC, Vol. 17 No. 1, Hal. 43-54 53 pasar tersebut berdampak pada pendapatan masyarakat yang bergerak dibidang transportasi jasa logistik serta perdagangan bahan baku pendukung pertanian. KESIMPULAN Penelitian ini memberikan informasi dalam kelayakan usaha tani bawang merah pada aspek teknis, aspek finansial dan sosial ekonomi. Pada aspek teknis, kabupaten Lampung Tengah memiliki iklim yang sesuai dengan iklim yang dibutuhkan untuk penanaman bawang merah. Namu demikian, untuk jenis tanaman bawang merah perlu dilakukan pengolahan lahan yang lebih baik karena kondisi tanah di lahan pertanian kecamatan Kota Gajah memiliki rata-rata pH lebih dari 5, sehingga petani perlu memberikan perlakuan khusus pada tanah sebelum musim tanam. Sumber pengairan lahan di kecamatan Kota Gajah menunjukkan potensi yang baik karena dilewati oleh Daerah Aliran Sungai yang dibangun oleh pemerintah. Selain itu bantuan berupa sumur bor untuk membantu supplai air jika terjadi kekeringan. Pada aspek finansial menunjukkan bahwa rasio R/C renenue cost ratio 1,8 yang mengindikasikan bahwa usaha tani ini layak untuk dijalankan. Nilai NPV menunjukkaan angka yang positidan dan nilai IRR yang melebihi dari tingkat diskonto 10 % serta periode pengembalian 3,7 yang menunjukkan pengembalian modal dapat dilakukan dalam waktu yang tidak lama. Titik impas break event point usaha tani bawang merah ini sebesar 32,6 ton bawang merah. Aspek finansial tersebut masih dapat ditingkatkan bila kemampuan panen bisa mencapai lebih tinggi dari 5,6 ton per hektar. Hal ini dikarenakan petani yang tergabung dalam kelompok tani di kecamatan Kota Gajah sebagian besar merupakan petani pemula. Pasa aspek sosial ekonomi, usaha tani bawang merah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat petani 4 kali lipat dibandingkan bertanam padi. Selain pendapatan peningkatan kerjasama dengan pemerintah, universitas, perbankan dan perusahaan swasta telah membantu komunitas petani bawang merah untuk peningkatan pengetahuan, skill dan pemasaran bawang. Potensi usaha ini dapat membuka peluang perdagangan anatar daerah di lampung dan luar Lampung. Penelitian ini masih belum mengkaji total benefit dari aspek sosial ekonomi secara kuantitatif. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk menyempurnakan penelitian ini. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Sumatera yang telah mendanai penelitian ini dengan skema Hibah Penelitian Smart tahun 2018. Apresiasi yang tinggi kepada kelompok tani kecamatan Kota Gajah yang telah membantu penulis selama kegiatan survei dan pengumpulan data. Penulis mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang baik dengan pejabat Kecamatan Kota Gajah , Lampung Tengah untuk semua data dan informasi yang dibutuhkan selama penelitian. Analisis Usaha Tani Bawang Merah dalam Aspek Teknis… 54 DAFTAR PUSTAKA Al Nasser, et al. 2014. The Effect of using break event point in planning, controlling and decision making in the Industrial Jordanian Industries. International Journal of Academic Research in Bussiness and Social Sciences. Volume 4, Number 5. Badan Ketahanan Pangan, 2019. Statistik Badan Ketahanan Pangan. Kementerian Pertanian. Jakarta. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah, 2014. Kota Gajah dalam angka 2019. Bank Indonesia, 2017. Ringkasan eksekutif komoditas produk jenis usaha unggulan Usaha Mikro Kecil dan Menengah tahun 2017 di Provinsi Lampung. Diseminasi penelitian. Lampung. Bosma, Roel H,et al. 2017. The financial feasibility of producing fish and vegetables through aquaponics. Aquaculture Engineering. Volume 76 part B. 146-154. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lampung Tengah. 2014. Gambaran geologi dan jenis tanah Lampung Tengah. Heni, dkk. 2019. The feasibility and farmer perception of True Shallot Seed technology in Sigi District, Central Sulawesi, Indonesia. Asian Journal of Agriculture Volume 3, Number 1 16-21. Inagri, 2017. Peta sebaran komoditas bawang Diakses 21 September 2019. Nurasa, Tjetjep, Darwis, Valeriana. 2007. Analisis Usaha Tani dan Keragaan Marjin Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes. Jurnal akta Agrosia Vol. 10 hlm 40 – 48. Otoritas Jasa Keuangan. 2019. Suku bunga dasar kredit posisi akhir oktober 2019. Diakses 30 Oktober 2019. Rukmana,Rahmat, Yudirachman, H. 2018. Sukses budidaya bawang merah di Pekarangan dan Perkebunan. Andi Publisher. Sembiring, Asma, dkk. 2018. Kelayakan Finansial Produksi True Shallot Seed di Indonesia Studi Kasus Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Jurnal Hortikultua Vol. 28 No. 2, Desember 2018 289-298. United Nations Industrial Development Organization. 2017. Agribussiness and Human Capital Diakses 25 Oktober 2019. Zhao, Jiang, Li, A., Wang, L., 2016. Economic analysis of waste-to energy industry in China. Waste Manage. 48, 604–618. Feliks Arfid GuampeJoin HengkengNovi Maryam LempaoYames SidoThe farming sector is an important part of Indonesia’s national development due to its availability of foodstuffs, industrial resources, bio-energy, labor absorption, and income source for the rural populace. The horticultural practices, such as farming vegetables, fruits, medicinal herbs and ornamental plants, are strategic subsectors in the progression of the national and regional farming industry. This study aims to determine the performance of farming and to compare the income of horticultural farming of cabbage and shallots in the Poso Regency. A combined method is utilized in this research. Qualitative data analysis will descriptively portray the production and processing stages, cost, market access, and farmers’ income, while quantitative analysis will calculate the profit and Return-Cost Ratio. The research shows that farmers’ revenue depends on the size of land they possess. After a planting season, the net income of shallot farmers is between Rp and whereas cabbage farmers earn a total net income between Rp and Rp This demonstrates that horticultural farming, namely shallot cultivation, is more profitable than cabbage. Heni SP RahayuMUCHTAR MUCHTARSaidah SaidahRahayu HSP, Muchtar, Saidah. 2019. The feasibility and farmer perception of true shallot seed technology in Sigi District, Central Sulawesi, Indonesia. Asian J Agric 3 16-21. Shallot is one of horticultural commodities that plays a significant role in both national and regional economy. A fluctuating supply of shallot influences the inflation level. Shallot production is currently still facing many problems, including high production cost. The high shallot production cost mostly goes to expenses for labor and seed while Indonesian shallot is mainly produced from the bulbs seed. This high-cost production causes a lower shallot competitiveness. Therefore, introduction of True Shallot Seed TSS technology, which lowers the cost for shallot seed, could be an ideal option to improve the shallot competitiveness in Indonesia. However, the shallot farming feasibility and the farmer’s perception of this technology are two critical aspects that need to be considered in the adoption of this new technology. This research aimed to study the potency of true shallot seed development in Central Sulawesi based on the TSS’s farming feasibility and farmer perception on TSS. The research was conducted in Sigi District, Central Sulawesi. The results showed that the farming of shallot using TSS was feasible, and within productivity, the Revenue-Cost Ratio was while the Benefit-Cost Ratio was The perception was examined based on three aspects namely technical, economic, and social aspects. The results showed that farmers were interested in planting true seed of shallot based on its high productivity, lower production cost, and market acceptance of the product; while in the social aspect, the extension and farmer group’s support still need to be improved for development of ZhaoGui-Wu JiangAng LiLing WangThe generation of municipal solid waste is further increasing in China with urbanization and improvement of living standards. The "12th five-year plan" period 2011-2015 promotes waste-to-energy technologies for the harmless disposal and recycling of municipal solid waste. Waste-to-energy plant plays an important role for reaching China's energy conservation and emission reduction targets. Industrial policies and market prospect of waste-to-energy industry are described. Technology, cost and benefit of waste-to-energy plant are also discussed. Based on an economic analysis of a waste-to-energy project in China Return on Investment, Net Present Value, Internal Rate of Return, and Sensitivity Analysis the paper makes the Effect of using break event point in planning, controlling and decision making in the Industrial Jordanian IndustriesAl NasserAl Nasser, et al. 2014. The Effect of using break event point in planning, controlling and decision making in the Industrial Jordanian Industries. International Journal of Academic Research in Bussiness and Social Sciences. Volume 4, Number 5. Badan Ketahanan PanganBadan Ketahanan PanganBadan Ketahanan Pangan, 2019. Statistik Badan Ketahanan Pangan. Kementerian Pertanian. financial feasibility of producing fish and vegetables through aquaponicsBosmaH RoelBosma, Roel H,et al. 2017. The financial feasibility of producing fish and vegetables through aquaponics. Aquaculture Engineering. Volume 76 part B. sebaran komoditas bawang merahInagriInagri, 2017. Peta sebaran komoditas bawang Diakses 21 September Usaha Tani dan Keragaan Marjin Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten BrebesTjetjep NurasaDarwisValerianaNurasa, Tjetjep, Darwis, Valeriana. 2007. Analisis Usaha Tani dan Keragaan Marjin Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes. Jurnal akta Agrosia Vol. 10 hlm 40 bunga dasar kredit posisi akhir oktober 2019. Diakses 30 OktoberOtoritas Jasa KeuanganOtoritas Jasa Keuangan. 2019. Suku bunga dasar kredit posisi akhir oktober 2019. Diakses 30 Oktober budidaya bawang merah di Pekarangan dan PerkebunanRahmat RukmanaRukmana,Rahmat, Yudirachman, H. 2018. Sukses budidaya bawang merah di Pekarangan dan Perkebunan. Andi Finansial Produksi True Shallot Seed di Indonesia Studi Kasus Sumatera UtaraAsma SembiringSembiring, Asma, dkk. 2018. Kelayakan Finansial Produksi True Shallot Seed di Indonesia Studi Kasus Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Jurnal Hortikultua Vol. 28 No. 2, Desember 2018 289-298.

analisa usaha bawang merah hidroponik